Kamis, 18 Mei 2017

Uji Kandungan Glukosa, Ammonia dan Protein pada Urine

ini adalah penelitian yang dilakukan oleh kakak saya.

Laporan Praktikum Uji Kandungan Glukosa, Ammonia dan Protein pada Urin

Bab I. 4
Pendahuluan. 4
1.1      Latar belakang. 4
1.2      Rumusan Masalah. 4
1.3      Tujuan Penelitian. 4
1.4      Manfaat 5
1.4.1       Siswa. 5
1.4.2       Masyarakat awam.. 5
Bab II. 6
Landasan Teori 6
1.1      Urine. 6
1.2      Glukosa. 6
1.3      Ammonia. 7
1.4      Protein. 7
Bab III. 9
Metode Penelitian. 9
3.1      Jenis Penelitian. 9
3.2      Alat dan Bahan. 9
3.2.1       Alat : 9
3.2.2       Bahan : 9
3.3      Prosedur. 9
3.3.1       Uji Glukosa. 9
3.3.2       Mengetahui kandungan ammonia dalam urine. 9
3.3.3       Uji Protein. 10
Bab IV.. 11
Hasil dan Pembahasan. 11
4.1      Hasil 11
4.1.1       Uji Glukosa. 11
4.1.2       Mengetahui kandungan ammonia dalam urine. 11
4.1.3       Uji Protein. 11
4.2      Pembahasan. 12
Bab V.. 14
Kesimpulan dan Saran. 14
5.1      Kesimpulan. 14
5.2      Saran. 14
Daftar Pustaka. 15




Bab I

Pendahuluan

1.1           Latar belakang
Sistem ekskresi merupakan salah satu sistem yang bekerja pada tubuh manusia. Organ-organ yang bekerja pada sistem ekskresi antara lain kulit (keringat), paru-paru (karbon dioksida), ginjal (urine), dan hati (cairan empedu). Organ-organ ekskresi ini sangat diperlukan oleh tubuh untuk mengeluarkan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Pada praktikum kali ini, peneliti akan meneliti salah satu hasil dari sistem ekskresi yaitu urine.
Urine atau air seni merupakan hasil ekskresi ginjal yang normal dimiliki oleh setiap manusia. Urine yang keluar dari tubuh tentunya mengandung berbagai macam zat. Zat-zat yang normal terkandung didalam urine antara lain air sebanyak 95 %, urea, asam ureat dan ammonia, zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin), garam mineral, terutama NaCl (Natrium chlorida), zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormone (Martha, 2014). Dengan melihat dan meneliti urine, kita juga dapat mengetahui kondisi organ dalam kita (Ninna, 2013). Uji urine ini dapat menjadi indikasi awal untuk mengetahui kondisi organ dalam tubuh.
Pada praktikum kali ini, peneliti lebih memfokuskan pada kandungan ammonia, glukosa, dan protein pada urine, agar dapat melihat kondisi organ dalam tubuh yang terkait.

1.2           Rumusan Masalah

1.      Apakah perubahan warna pada sampel urine mengindikasikan kandungan glukosa pada urine?
2.      Apakah lama waktu pembakaran sampel urine berpengaruh pada tajamnya bau ammonia yang tercium?
3.      Apakah perubahan warna pada sampel urine mengindikasikan kandungan protein pada urine?


1.3           Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti bertujuan untuk mengetahui indikasi perubahan warna pada urine terkait dengan kandungan glukosa dan protein dalam urine, serta pengaruh lamanya pembakaran pada ketajaman bau ammonia pada urine.

1.4           Manfaat
1.4.1         Siswa
Siswa mendapat pengetahuan baru tentang sistem ekskresi terutama yang tentunya penting bagi pendidikan kedepannya.
1.4.2         Masyarakat awam
Masyarakat mendapat pengetahuan tentang cara uji urine dan mengamati sampel urine agar dapat menentukan indikasi awal kondisi organ dalam yang kurang normal.



Bab II

Landasan Teori

1.1           Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Herlin, 2016).
Secara umum, proses pembentukan urine melalui tiga tahapan, yaitu proses filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi (pengeluaran zat). Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah. Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta melalui arteri ginjal menuju ke badan Malpighi. Hasil dari filtrasi inilah yang disebut dengan urine primer. Setelah urine primer tersimpan sementara dalam Simpai Bowman, mereka kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam perjalanan menuju saluran pengumpul inilah, proses pembentukan urine melalui tahapan reabsorpsi. Zat-zat yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino, dan garam tertentu akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle. Penyerapan kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut dengan urine sekunder (filtrat tubulus). Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal. Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal (Erick, 2016).


1.2           Glukosa
Setiap tubuh manusia pasti memerlukan glukosa karena elemen ini masih termasuk jenis monosakarida sederhana yang tak hanya dimiliki manusia tapi juga mamalia lainnya. Glukosa sendiri merupakan kata yang asalnya dari bahasa Yunani glukus di mana maknanya adalah manis. Dekstrosa adalah nama lain dari glukosa dan memang rasa aslinya pun adalah manis. Tubuh membutuhkan glukosa karena glukosa dapat dijadikan sumber intermediet metabolisme yang juga berperan sebagai sumber energi. Karena adanya proses fotosintesis yang terjadi, maka glukosa tercipta dan inilah yang menjadi alasan mengapa bahan bakar respirasi seluler menggunakan glukosa. Dengan rumus H-(C=O) – (CHOH)5 kita bisa melihat struktur glukosa di mana ada 5 gugus hidroksi dan atom karbonlah yang menyusunnya. Glukosa adalah zat yang ada di dalam darah yang asalnya dari karbohidrat di dalam makanan maupun minuman yang setiap hari kita konsumsi, jadi dapat dikatakan bahwa asal glukosa adalah dari luar tubuh kita. Glikogen adalah bentuk setelah glukosa disimpan di dalam tubuh dan glikogen ini berada di otot rangka tubuh serta organ hati. Somastostasin, glucagon dan insulin adalah sejumlah faktor utama yang memengaruhi jumlah glukosa pada tubuh dan hormon-hormon tersebut adalah yang kelenjar pankreas produksi selama ini (Widjono, 2015).
Glukosa normalnya tidak terdapat pada urine. Jika urine mengandung glukosa, berarti ginjal, hati, dan pankreas ada yang bermasalah. Uji glukosa dapat dilakukan dengan cara meneteskan benedict pada urine. Jika berubah warna menjadi merah bata, maka urine positif mengandung glukosa (Ninna, 2013).

1.3           Ammonia
Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam dengan bau yang khas. Sebuah molekul amonia terbentuk dari ion nitrogen bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara kimia direpresentasikan sebagai NH3 (rumus kimia amonia). Amonia dapat terjadi secara alami atau dapat diproduksi. Amonia alami yang hadir dalam jumlah jejak di atmosfer berasal dari dekomposisi bahan organik. Metode alami produksi amonia melibatkan serangkaian proses kimia yang menggabungkan bersama-sama ion nitrogen dan hydrogen (Alim, 2013).
Uji Bau Amonia Urine atau bahasa kerennya mengukur kepesingan pipis. caranya urine di panaskan dengan menggunakan spiritus sampai mendidih, lalu cium baunya. Jika saat sampel telah mendidih dan bau dari sampel masih belum tajam, berarti urine dikatakan tidak normal. Bau urine akan menajam seiring dengan lama waktu pemanasan (Ninna, 2013).

1.4           Protein
Protein adalah senyawa organik komplek berbobot molekul besar yang terdiri dari asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam pembentukan struktur, fungsi, regulasi sel-sel makhluk hidup dan virus. Protein juga bekerja sebagai neurotransmiter dan pembawa oksigen dalam darah (hemoglobin). Protein juga berguna sebagai sumber energi tubuh (Fadhilah, 2014).
 Uji Kandungan Protein dilakukan dengan cara meneteskan biuret kedalam urine, jika berubah warna menjadi ungu, maka urine positif mengandung protein. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekunya yang cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini menandakan adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). 



Bab III

Metode Penelitian

3.1           Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dalam lingkup praktikum sekolah. Peneliti melakukan penelitian terhadap ada tidaknya kandungan glukosa dan protein dalam sampel urine serta ketajaman bau urine pada saat dipanaskan sebagai indicator kandungan ammonia.

3.2           Alat dan Bahan
3.2.1                    Alat           :
1.          6 buah tabung reaksi
2.          Rak tabung reaksi
3.          Penjepit tabung reaksi
4.          Pembakar spiritus
5.          Korek api
6.          Stop Watch
3.2.2                    Bahan        :
1.          Urine
2.          Larutan Biuret
3.          Larutan Benedict

3.3           Prosedur
3.3.1                    Uji Glukosa
1        2 mL urine dimasukan kedalam tabung reaksi
2        5 tetes larutan Benedict/Fehling A dan Fehling B ditambahkan kedalam tabung reaksi
3        Tabung reaksi dijepit dengan penjepit tabung reaksi lalu dipanaskan dengan lampu spiritus
4        Perubahan warna diamati.

3.3.2                    Mengetahui kandungan ammonia dalam urine
1        2 mL urine dimasukan kedalam tabung reaksi 
2        Tabung reaksi dijepit dengan penjepit tabung raksi lalu dipanaskan dengan lampu spiritus
3        Perubahan bau diamati

3.3.3                    Uji Protein
1        2 mL urine dimasukan kedalam tabung reaksi
2        5 tetes larutan Biuret ditambahkan kedalam tabung reaksi dan didiamkan selama kurang lebih 5 menit
3        Perubahan warna diamati



Bab IV

Hasil dan Pembahasan

4.1           Hasil
4.1.1        Uji Glukosa
Tabel    : Uji Glukosa pada Urine Sampel 1
Waktu
Bau
Warna
00.00
Sedikit Pesing
Hijau Kebiruan
00.30
Pesing
Kuning Keruh
01.00
Sangat Pesing
Kuning Keruh Pekat

Tabel    : Uji Glukosa pada Urine Sampel 2
Waktu
Bau
Warna
00.00
Pesing
Hijau Kebiruan
00.30
Pesing
Kuning Keruh
01.00
Sangat Pesing
Kuning Keruh Pekat

4.1.2        Mengetahui kandungan ammonia dalam urine
Tabel    : Uji Ammonia pada Urine Sampel 1
Waktu
Bau
Warna
00.00
Sedikit Pesing
Kuning Muda
01.00
Sangat Pesing
Kuning Muda
02.00
Super Pesing
Kuning Muda

Tabel    : Uji Ammonia pada Urine Sampel 2
Waktu
Bau
Warna
00.00
Pesing
Kuning Tua
01.00
Sangat Pesing
Kuning Tua
02.00
Super Pesing
Kuning Tua


4.1.3        Uji Protein
Tabel    : Uji Protein pada Urine Sampel 1
Waktu
Bau
Warna
00.00
Sedikit Pesing
Kuning Muda
02.00
Sedikit Pesing
Kuning Muda (terdapat endapan berwarna biru dibagian atas)
05.00
Sedikit Pesing
Kuning Muda (terdapat endapan berwarna hijau kebiruan diabagian atas)

Tabel    : Uji Protein pada Urine Sampel 2
Waktu
Bau
Warna
00.00
Pesing
Kuning Muda
02.00
Pesing
Kuning Muda (terdapat endapan berwarna biru dibagian atas)
05.00
Pesing
Kuning Muda (terdapat endapan berwarna hijau kebiruan diabagian atas)

4.2           Pembahasan
Sampel 1
                        Pada uji glukosa sampel 1, setelah dipanaskan selama satu menit, warna urine berubah menjadi kuning pekat. Menurut teori pada Bab 2, urine dikatakan positif mengandung glukosa apabila warna urine berubah menjadi merah bata (Ninna, 2013). Berdasakan teori tersebut, perubahan warna yang terjadi pada sampel 1 menyatakan bahwa sampel 1 negatif mengandung glukosa. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel 1 normal dan organ ginjal, hati, serta pancreas pada subject 1 bekerja dengan baik.
                        Pada pemanasan urine sampel 1, setelah dipanaskan dan diamati secara bertahap, bau pesing pada pada urine menajam seiring dengan lama waktu pemanasan. Berdasarkan indikasi ini peneliti menyimpulkan bahwa urine sampel 1 normal (Ninna, 2013).
                        Pada uji protein sampel 1, setelah diamati selama 5 menit, warna urine tetap dan terdapat endapan berwarna hijau kebiruan dibagian atas sampel. Menurut teori pada Bab 2, urine dikatakan posiitif mengandung protein apabila warna urine berubah menjadi ungu (Ninna, 2013). Berdasarkan teori tersebut, warna dari sampel 1 yang tidak berubah setelah diamati selama 5 menit menandakan bahwa urine sampel 1 negatif mengandung protein. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel 1 normal dan penyaringan yang terjadi pada organ ginjal subject 1 berlangsung dengan baik.

Sampel 2
Pada uji glukosa sampel 2, setelah dipanaskan selama satu menit, warna urine berubah menjadi kuning pekat. Menurut teori pada Bab 2, urine dikatakan positif mengandung glukosa apabila warna urine berubah menjadi merah bata (Ninna, 2013). Berdasakan teori tersebut, perubahan warna yang terjadi pada sampel 2 menyatakan bahwa sampel 2 negatif mengandung glukosa. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel 2 normal dan organ ginjal, hati, serta pancreas pada subject 2 bekerja dengan baik.
                        Pada pemanasan urine sampel 2, setelah dipanaskan dan diamati secara bertahap, bau pesing pada pada urine menajam seiring dengan lama waktu pemanasan. Berdasarkan indikasi ini peneliti menyimpulkan bahwa urine sampel 2 normal (Ninna, 2013).
                        Pada uji protein sampel 2, setelah diamati selama 5 menit, warna urine tetap dan terdapat endapan berwarna hijau kebiruan dibagian atas sampel. Menurut teori pada Bab 2, urine dikatakan posiitif mengandung protein apabila warna urine berubah menjadi ungu (Ninna, 2013). Berdasarkan teori tersebut, warna dari sampel 2 yang tidak berubah setelah diamati selama 5 menit menandakan bahwa urine sampel 2 negatif mengandung protein. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel 2 normal dan penyaringan yang terjadi pada organ ginjal subject 2 berlangsung dengan baik.



Bab V

Kesimpulan dan Saran

5.1           Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa perubahan warna yang terjadi pada urine pada masa penelitian dapat mengindikasikan kandungan glukosa dan protein pada urine, dan juga peningkatan ketajaman bau pada saat urine dipanaskan merupakan hal yang normal serta menjadi indikasi kandungan ammonia didalam urine. Penelitian ini sekaligus juga dapat menjadi cara sederhana untuk mengetahui kondisi organ dalam seseorang melalui pengamatan terhadap urine.

5.2           Saran
Dari kesimpulan diatas, peneliti menyarankan agar pembaca dapat selalu menjaga kesehatan tubuh pembaca. Penelitian diatas merupakan penilitian sederhana namun dapat menjadi indikasi pertama anda untuk mengetahui kesehatan organ dalam anda. Jika anda melakukan penelitian diatas dan menemukan bahwa hasil penelitian pada sampel anda tidak normal, segeralah periksakan tubuh anda agar dapat ditangani lebih lanjut.






Daftar Pustaka

Alim, 2013, Apa itu Ammonia, http://www.biologi-sel.com/2013/05/apa-itu-amonia.html, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Annisarosi, 2010, Penentuan Kadar NH3 Dalam Urine Menurut Cara Nessler, http://annisarosi08.student.ipb.ac.id/2010/11/23/penentuan-kadar-nh3-dalam-urin-menurut-cara-nessler/, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Erick, 2016, Proses Pembentukan Urine, http://www.ebiologi.com/2016/01/proses-pembentukan-urine.html, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Fadhilah, 2014, Definisi Fungsi dan Sumber Protein,  http://www.idmedis.com/2014/11/protein-definisi-fungsi-sumber-dan.html, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Ganong, 2008, Analisis Urine, http://propiorcist.blogspot.co.id/2014/06/analisis-urin.html, diakses pada tanggal 17 April 2017
Herlin, 2016, Pengertian Urine, https://id.scribd.com/doc/65150576/Pengertian-Urine, diakses pada tanggal 17 april 2017.
Martha, 2014, Uji Glukosa dan Protein Dalam Urine, http://play-fume.blogspot.co.id/2014/08/uji-glukosa-dan-protein-dalam-urine.html/, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Ninna, 2013, Prakktikum Biology Uji Urine, https://nugrainna.wordpress.com/2013/02/24/praktikum-biologi-uji-urine/, diakses pada tanggal 17 April 2017.
Widjono, 2015, Glukosa, http://halosehat.com/gizi-nutrisi/panduan-gizi/glukosa, diakses pada tanggal 17 April 2017.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tradisi Suku Dawan

Five main traditions of the tribe Dawan : 1.       Weaving tradition 2.       Rites of Fua Pah 3.       Ritual of Noes Nu 4.       ...